WRAPIFY
Menurut sumber yang saya temukan, ide ini diawali oleh startup asal Amerika yaitu Wrapify yang dibangun oleh James Heller pada tahun 2015.
Terus
berkembang hingga akhirnya pada 7 Maret 2017 lalu, Wrapify mendapatkan
pendanaan sebesar US$ 3 juta (sekitar Rp 40 Milyar) dari Avery Dennison.
Wrapify melakukan pemasangan stiker pada bagian bodi mobil lalu tracking
lokasi mobil tersebut dengan GPS smartphone pengemudi. Kemudian Wrapify
akan menghitung jarak yang ditempuh mobil tersebut untuk perhitungan
fee mitra pengemudi.
Secara
logika, metode beriklan ini tetap punya plus minus bagi perusahaan
pemasang iklan. Plusnya adalah iklan dapat berpindah-pindah menyasar
jalan-jalan yang tidak bisa dicapai billboard atau videotron yang
mungkin hanya ada di jalan-jalan besar saja.
Minusnya,
mobil pemasang iklan tidak bisa selalu berjalan dijalanan seperti malam
hari dan mungkin ada lagi yang lainnya. Namun tetap metode seperti ini
bisa jadi memberikan impression lebih besar dibandingkan billboard.
Keuntungan
ada pada pengemudi atau pemilik mobil sebagai pemasang iklan dimana ada
tambahan penghasilan dari mobil yang digunakan sehari-hari.
Apalagi
jika pengemudi juga tergabung pada layanan taksi online seperti GoCar,
GrabCar ataupun Uber. Tentunya makin banyak penghasilan yang didapatkan
dan dapat menjadi tambahan untuk cicilan kredit mobil tiap bulannya.
Hal tersebut yang mungkin menjadi inspirasi para founder startup car advertising
lokal indonesia untuk membangun konsep yang sama dengan Wrapify. Karena
jalanan yang ada di kota besar Amerika juga sama dengan ibukota
Indonesia ini.
Saya
akan coba jabarkan startup car advertising tersebut dan bisa kalian
jadikan perbandingan untuk memilih jika ingin mendapatkan penghasilan
tambahan.
0 komentar